Pengelolaan Sampah Ideal

Dalam setiap peradaban manusia, kita bisa memastikan bahwa pasti ada sampah yang diproduksi bahkan oleh manusia paling primitif sekalipun. Sampah merupakan sisa aktivitas manusia dan bisa kita lihat dari sampah peninggalan manusia yang hidup ribuan tahun yang lalu, kita dapat mempelajari cara hidup dan kehidupan manusia kala itu. Cara hidup dan apa yang dimakan oleh manusia purba misalnya terlihat dari gunungan sampah yang sudah memfosil yang disebut kjokkenmodinger. Kehidupan manusia purba saat itu masih sangat sederhana dengan sampah rumah tangga yang kebanyakan berupa sisa kulit kerang yang menjadi makanan mereka. Jika dilihat dari sampah yang dihasilkan oleh masyarakat modern saat ini, kita bisa melihat betapa kompleks kehidupan yang ada saat ini karena sampah yang dihasilkan pun beragam dengan dominasi sampah anorganik yang kian hari kian marak ditemukan. Ada kekhawatiran besar terhadap masalah sampah baik yang ada di Indonesia maupun sampah yang ada di dunia karena bisa kita pastikan bahwa kian hari populasi manusia kian besar sehingga produksi sampah pun akan semakin meningkat dengan tingkat konsumsi masyarakat yang juga meningkat pesat. Masalah mengenai sampah terutama di Indonesia mulai terlihat dengan peliknya efek yang yang harus dihadapi masyarakat dengan sistem pengolahan sampah yang belum ideal yang masih umum dilakukan di berbagai tempat di Indonesia.

Masyarakat Indonesia jelas belum mempunyai pemahaman yang tepat mengenai pengolahan sampah karena dalam anggapan masyarakat umum, sebaik-baiknya pengolahan sampah adalah secepat mungkin menyingkirkan sampah dari lingkungan tempat tinggak dan mereka tidak peduli ke mana pun sampah tersebut akan berakhir asalkan mereka tidak melihatnya di lingkungan tempat tinggal mereka. Rupanya sampah tersebut hanya dipindahkan ke tempat pembuangan sampah akhir atau bahkan dilempar ke sungai, danau, atau laut sebelum dipilah dan dikelola. Tempat penampungan akhir idealnya tidak hanya menjadi tempat penampungan karena sampah tersebut perlu dikelola sesuai dengan jenisnya agar tidak menumpuk dan menggunung yang kemudian akan menjadi sumber bahaya bagi masyarakat maupun lingkungan kelak. Pengolahan sampah sebenarnya sudah bisa dilakukan sejak sampah tersebut berada dalam level rumah tangga misalnya karena sampah rumah tangga sebaiknya dipilah sejak awal sehingga sampah organik dan anorganik terkumpul masing-masing sehingga sampah tersebut dapat dikelola dengan baik. Sampah organik misalnya dapat digunakan untuk membuat pupuk kompos sementara sampah anorganik yang masih bisa bermanfaat dapat digunakan kembali demi mendapatkan nilai lebih serta mengurangi sampah yang akan menumpuk di tempat penampungan akhir. Pemilahan sampah rumah tangga tentu belum umum dilakukan oleh banyak rumah tangga terutama di Indonesia sehingga pengenalan dan pemahaman lebih lanjut mengenai dasar pengelolaan sampah ini perlu ditanamkan lebih lanjut terhadap masyarakat luas.

Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah baik dalam waktu dekat maupun dalam jangka panjang sehingga prinsip 3R (reuse, reduce, recycle) perlu ditanamkan dalam masyarakat luas termasuk pada pengolahan sampah yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sebagai contoh untuk penggunaaan plastik yang merupakan penyumbang sampah anorganik terbesar, sudah saatnya masyarakat Indonesia sadar untuk mengurangi penggunaan plastik sebagai pembungkus karena akan merusak lingkungan, kesehatan, dan finansial karena saat ini plastik tidak lagi murah. Plastik yang sudah terkumpul misalnya dapat digunakan untuk belanja berulang kali dan jika memungkinkan produk plastik sebaiknya didaur ulang daripada dibuang begitu saja yang membuat mikroorganisme pengurai perlu bekerja keras selama ribuan tahun untuk menguraikan sampah tersebut sebelum muncul sampah plastik yang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Instalasi Pengolahan & Pemanfaatan Sampah Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Kranggan Yogyakarta)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pengolahan limbah padat